Kamis, 19 November 2009

TIPS MEMILIH LAPTOP

1. Tentukan dulu kegunaannya, apakah laptop akan dipakai untuk disain dan gaming,
    men-develop sistem, atau mobile.

- Jika laptop dipakai untuk tujuan disain dan gaming, sebaiknya Anda memilih spesifikasi
   laptop dengan menitikberatkan pada kartu VGA (Video Graphics Array) dan memori yang
   handal. Jika Anda ingin laptop dengan kemampuan lebih tinggi, memilih teknologi multi-core
   dan arsitektur 64-bit sangat disarankan.

Untuk penggunaan disain grafis ataupun bermain game, sebaiknya pilih laptop dengan VGA yang tinggi kekuatannya dan memori yang besar agar disain dan bermain game terasa lebih 'ringan'. Kartu VGA sendiri berguna untuk menerjemahkan output komputer ke monitor. Sedangkan memori merupakan sebuat alat penyimpan data digital sementara yang biasanya mempunyai kapasitas ukuran berdasarkan standard bit digital yaitu 16MB, 32MB,64MB, 128MB, 256MB dan seterusnya (kelipatan dua).

- Untuk developing, biasanya dibutuhkan software develop yang membutuhkan resource
  tinggi. Anda bisa memilih laptop dengan mempertimbangkan prosesor dan memori dengan
  spesifikasi tinggi agar bisa mengimbangi perkembangan piranti lunak dan developing tools
 yang kian hari kian 'rakus' memori. Teknologi multi-core dan arsitektur 64-bit juga disarankan.

- Untuk mobile, Anda bisa menekankan pilihan pada umur baterai, berat laptop, ukuran layar,
  serta beberapa fitur internal konektifitas seperti wifi, bluetooth, IrDA, NetworkCard, Modem.

2. Terlepas dari pemilihan penggunaan, beberapa yang harus dipertimbangkan dalam memilih
   laptop adalah soal besar layar, berat laptop dan umur baterai. Jika Anda akan sering
   memakai laptop di perjalanan, sebaiknya pilih laptop yang ringan, dengan ukuran layar
   yang tidak terlalu besar agar tidak kesulitan membawanya.



Umur baterai juga patut dipertimbangkan. Umumnya baterai laptop paling tidak bisa bertahan 2 hingga 3 jam tanpa terhubung ke adapter. Jika Anda ingin menghemat penggunaan baterai, matikan fungsi konektifitas seperti Wifi atau Bluetooth karena fungsi tersebut akan memperbanyak konsumsi baterai.

3. Pertimbangkan layanan purna jualnya.
   Saat hendak membeli laptop, jangan lupa untuk mempertimbangkan layanan purna jualnya
   mulai dari gerai service (banyak atau tidak, mudah dijangkau atau tidak), ketersediaan
   spare parts serta harga jual kembali. Jangan memilih laptop yang spare parts-nya sulit
   dicari. Disarankan, jangan membeli laptop yang spare parts-nya sulit dicari.


TIPS SUKSES MEMBUAT KUE KERING



Tips - tips untuk membuat Kue Kering tahan lama antara lain :

1. Pilih bahan - bahan yang masih lama kadaluwarsanya.

2. Pakai tepung yang benar - benar kering. misalnya sebelum dipakai kita jemur dahulu atau disangrai.

3. Kalau memakai isi masak isinya harus benar - benar sudah kering atau sampai matang.

4. Pengunaan margarin atau batter jangan berlebihan.

5. Pemanggangan harus benar - benar dipastikan sudah matang.

6. Alasi Kue Kering dengan kertas tissue untuk menyerp minyak setelah keluar dari oven.

7. Jangan terlalu cepat dimasukan kedalam kemasan tunggu sampai benar - benar dingin.

Kamis, 29 Oktober 2009

EINSTEIN



Albert Einstein was born at Ulm, in Württemberg, Germany, on March 14, 1879. Six weeks later the family moved to Munich, where he later on began his schooling at the Luitpold Gymnasium. Later, they moved to Italy and Albert continued his education at Aarau, Switzerland and in 1896 he entered the Swiss Federal Polytechnic School in Zurich to be trained as a teacher in physics and mathematics. In 1901, the year he gained his diploma, he acquired Swiss citizenship and, as he was unable to find a teaching post, he accepted a position as technical assistant in the Swiss Patent Office. In 1905 he obtained his doctor's degree.

During his stay at the Patent Office, and in his spare time, he produced much of his remarkable work and in 1908 he was appointed Privatdozent in Berne. In 1909 he became Professor Extraordinary at Zurich, in 1911 Professor of Theoretical Physics at Prague, returning to Zurich in the following year to fill a similar post. In 1914 he was appointed Director of the Kaiser Wilhelm Physical Institute and Professor in the University of Berlin. He became a German citizen in 1914 and remained in Berlin until 1933 when he renounced his citizenship for political reasons and emigrated to America to take the position of Professor of Theoretical Physics at Princeton*. He became a United States citizen in 1940 and retired from his post in 1945.

After World War II, Einstein was a leading figure in the World Government Movement, he was offered the Presidency of the State of Israel, which he declined, and he collaborated with Dr. Chaim Weizmann in establishing the Hebrew University of Jerusalem.

Einstein always appeared to have a clear view of the problems of physics and the determination to solve them. He had a strategy of his own and was able to visualize the main stages on the way to his goal. He regarded his major achievements as mere stepping-stones for the next advance.

At the start of his scientific work, Einstein realized the inadequacies of Newtonian mechanics and his special theory of relativity stemmed from an attempt to reconcile the laws of mechanics with the laws of the electromagnetic field. He dealt with classical problems of statistical mechanics and problems in which they were merged with quantum theory: this led to an explanation of the Brownian movement of molecules. He investigated the thermal properties of light with a low radiation density and his observations laid the foundation of the photon theory of light.

In his early days in Berlin, Einstein postulated that the correct interpretation of the special theory of relativity must also furnish a theory of gravitation and in 1916 he published his paper on the general theory of relativity. During this time he also contributed to the problems of the theory of radiation and statistical mechanics.

In the 1920's, Einstein embarked on the construction of unified field theories, although he continued to work on the probabilistic interpretation of quantum theory, and he persevered with this work in America. He contributed to statistical mechanics by his development of the quantum theory of a monatomic gas and he has also accomplished valuable work in connection with atomic transition probabilities and relativistic cosmology.

After his retirement he continued to work towards the unification of the basic concepts of physics, taking the opposite approach, geometrisation, to the majority of physicists.

Einstein's researches are, of course, well chronicled and his more important works include Special Theory of Relativity (1905), Relativity (English translations, 1920 and 1950), General Theory of Relativity (1916), Investigations on Theory of Brownian Movement (1926), and The Evolution of Physics (1938). Among his non-scientific works, About Zionism (1930), Why War? (1933), My Philosophy (1934), and Out of My Later Years (1950) are perhaps the most important.

Albert Einstein received honorary doctorate degrees in science, medicine and philosophy from many European and American universities. During the 1920's he lectured in Europe, America and the Far East and he was awarded Fellowships or Memberships of all the leading scientific academies throughout the world. He gained numerous awards in recognition of his work, including the Copley Medal of the Royal Society of London in 1925, and the Franklin Medal of the Franklin Institute in 1935.

Einstein's gifts inevitably resulted in his dwelling much in intellectual solitude and, for relaxation, music played an important part in his life. He married Mileva Maric in 1903 and they had a daughter and two sons; their marriage was dissolved in 1919 and in the same year he married his cousin, Elsa Löwenthal, who died in 1936. He died on April 18, 1955 at Princeton, New Jersey.

RESENSI gWE niCh...

Bukan hanya mendapat perolehan fantastis sekitar 312 juta dolar di Amerika saja sejak perilisannya pada 17 Desember tahun lalu, film tersebut juga memperoleh pujian banyak kritikus. Film epik fantasi "The Return of the King" yang digarap oleh sutradara Peter Jackson yang juga menggarap dua "The Lord of the Rings" sebelumnya ini merupakan konklusi kisah fantasi yang menceritakan tentang usaha Frodo, Sam, Gandalf, Legolas dan lainnya untuk menghancurkan cincin milik Sauron yang berkekuatan jahat di Middle Earth.

Selain itu, seperti halnya judul kisah terakhir trilogi itu, juga diceritakan bagaimana kembalinya seorang raja ke tahtanya yang memang menjadi haknya. Dimulai dengan dua hobbit yaitu Frodo (Elijah Wood) dan temannya Sam (Sean Astin) sekali lagi harus melalui perjalanan panjang dan melelahkan agar bisa mencapai daerah Mordor tempat pembuatan cincin Sauron dibuat. Karena hanya di Mordor itulah, cincin itu bisa dihancurkan. Selama melakukan perjalanan itu, mereka harus mempercayai seorang makhluk aneh bernama Gollum (Andy Serkis).

Walau Gollum terlihat telah menepati janjinya untuk membawa kedua sekawan itu melalui perjalanan berbahaya dengan aman, toh Sam masih saja menaruh curiga bahwa Gollum yang pernah dipengaruhi kekuatan jahat cincin itu punya keinginan untuk membunuh mereka agar memperoleh kembali cincin iblis itu. Kecurigaan Sam itu beralasan karena melihat sendiri bagaimana Frodo yang menyimpan cincin Dark Lord Sauron itu hampir saja dikuasai oleh kekuatan jahat dari cincin tersebut.

Sementara itu, teman-teman sesama hobbit, Merry (Dominic Monaghan) dan Pippin (Phillip Boyd) di bawah perlindungan sekolompok makhluk pohon selama penyihir baik Gandalf (Sir Ian McKellen), Legolas (Orlando Bloom) si pemuda elf yang ahli panah, orang kerdil Gimli (John Rhys-Davies) dan raja dari kerajaan Gondor yang yang harus meninggalkan tahtanya, Aragorn (Viggo Mortensen) demi melawan kekuatan kegelapan Mordor, sedang beristirahat di Rohan.

Rohan merupakan kerajaan Raja Theoden (Bernard Hill) dan rakyatnya yang berhasil mengusir pasukan mutan, monster dan binatang Mordor di Help's Deep. Aragon kini menghadapi tugas berat yaitu menyatukan orang-orang di Middle Earth yang berbeda-beda ras dan negara agar bisa melawan Mordor yang masih kuat walau telah kalah sebelumnya. Setelah Pippin dan Merry bertemu kembali dengan kelompok Aragon, Gandalf yang disertai Pippin menuju ke kerajaan Gondor untuk meminta bantuan.

Namun Gandalf menemukan bahwa seorang pejabat kerajaan Gondor, Denethor (John Noble) yang memerintah Gondor sepeninggal Aragon, ternyata tidak sudi menyerahkan kekuasaan pada Aragon yang merupakan penguasa sah. Sementara itu, Gollum akhirnya menunjukkan sifat sebenarnya. Gollum berhasil membuat Sam dan Frodo bermusuhan. Tidak hanya itu, Gollum pun membawa Frodo ke sarang laba-laba raksasa untuk dijadikan korban.

Bagaimana kekuatan baik yang diwakili Gandalf, Aragon, Legolas, Frodo dan lainnya menghadapi kekuatan jahat Sauron yang akan mengobarkan perang terakhir yang menentukan di Middle Earth ? Anda yang sudah menyaksikan dua film sebelumnya tentu saja tidak akan melewatkan film terakhir dari trilogi itu yaitu "The Lord of the Rings: The Return of King" jika sudah beredar di Indonesia.

CERPEN

Sang Primadona

Apa yang harus aku lakukan? Berilah aku saran! Aku benar-benar pusing.
Apabila masalahku ini berlarut-larut dan aku tidak segera menemukan pemecahannya, aku khawatir akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan kegiatanku dalam masyarakat. Lebih-lebih terhadap dua permataku yang manis-manis: Gita dan Ragil.

Tapi agar jelas, biarlah aku ceritakan lebih dahulu dari awal.
Aku lahir dan tumbuh dalam keluarga yang -katakanlah-- kecukupan. Aku dianugerahi Tuhan wajah yang cukup cantik dan perawakan yang menawan. Sejak kecil aku sudah menjadi "primadona" keluarga. Kedua orang tuaku pun, meski tidak memanjakanku, sangat menyayangiku.

Di sekolah, mulai SD sampai dengan SMA, aku pun --alhamdulillah-juga disayangi guru-guru dan kawan-kawanku. Apalagi aku sering mewakili sekolah dalam perlombaan-perlombaan dan tidak jarang aku menjadi juara.

Ketika di SD aku pernah menjadi juara I lomba menari. Waktu SMP aku mendapat piala dalam lomba menyanyi. Bahkan ketika SMA aku pernah menjuarai lomba baca puisi tingkat provinsi.

Tapi sungguh, aku tidak pernah bermimpi akhirnya aku menjadi artis di ibu kota seperti sekarang ini. Cita-citaku dari kecil aku ingin menjadi pengacara yang di setiap persidangan menjadi bintang, seperti sering aku lihat dalam film. Ini gara-gara ketika aku baru beberapa semester kuliah, aku memenangkan lomba foto model. Lalu ditawari main sinetron dan akhirnya keasyikan main film. Kuliahku pun tidak berlanjut.

Seperti umumnya artis-artis popular di negeri ini, aku pun kemudian menjadi incaran perusahaan-perusahaan untuk pembuatan iklan; diminta menjadi presenter dalam acara-acara seremonial; menjadi host di tv-tv; malah tidak jarang diundang untuk presentasi dalam seminar-seminar bersama tokoh-tokoh cendekiawan. Yang terakhir ini, boleh jadi aku hanya dijadikan alat menarik peminat. Tapi apa rugiku? Asal aku diberi honor standar, aku tak peduli.

Soal kuliahku yang tidak berlanjut, aku menghibur diriku dengan mengatakan kepada diriku, "Ah, belajar kan tidak harus di bangku kuliah. Lagi pula orang kuliah ujung-ujungnya kan untuk mencari materi. Aku tidak menjadi pengacara dan bintang pengadilan, tak mengapa; bukankah kini aku sudah menjadi superbintang. Materi cukup."

Memang sebagai perempuan yang belum bersuami, aku cukup bangga dengan kehidupanku yang boleh dikata serba kecukupan. Aku sudah mampu membeli rumah sendiri yang cukup indah di kawasan elite. Ke mana-mana ada mobil yang siap mengantarku. Pendek kata aku bangga bisa menjadi perempuan yang mandiri. Tidak lagi bergantung kepada orang tua. Bahkan kini sedikit-banyak aku bisa membantu kehidupan ekonomi mereka di kampung. Sementara banyak kawan-kawanku yang sudah lulus kuliah, masih lontang-lantung mencari pekerjaan.

Kadang-kadang untuk sekadar menyenangkan orang tua, aku mengundang mereka dari kampung. Ibuku yang biasanya nyinyir mengomentari apa saja yang kulakukan dan menasehatiku ini-itu, kini tampak seperti sudah menganggapku benar-benar orang dewasa. Entah kenyataannya demikian atau hanya karena segan kepada anaknya yang kini sudah benar-benar hidup mandiri. Yang masih selalu ibu ingatkan, baik secara langsung atau melalui surat, ialah soal ibadah.

"Nduk, ibadah itu penting. Bagaimana pun sibukmu, salat jangan kamu abaikan!"

"Sempatkan membaca Quran yang pernah kau pelajari ketika di kampung dulu, agar tidak hilang."

"Bila kamu mempunyai rezeki lebih, jangan lupa bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim."

Ya, kalimat-kalimat semacam itulah yang masih sering beliau wiridkan. Mula-mula memang aku perhatikan; bahkan aku berusaha melaksanakan nasihat-nasihat itu, tapi dengan semakin meningkatnya volume kegiatanku, lama-lama aku justru risi dan menganggapnya angin lalu saja.

Sebagai artis tenar, tentu saja banyak orang yang mengidolakanku. Tapi ada seorang yang mengagumiku justru sebelum aku menjadi setenar sekarang ini. Tidak. Ia tidak sekadar mengidolakanku. Dia menyintaiku habis-habisan. Ini ia tunjukkan tidak hanya dengan hampir selalu hadir dalam even-even di mana aku tampil; ia juga setia menungguiku shoting film dan mengantarku pulang. Tidak itu saja. Hampir setiap hari, bila berjauhan, dia selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya untuk menyatakan kangen.

Di antara mereka yang mengagumiku, lelaki yang satu ini memang memiliki kelebihan. Dia seorang pengusaha yang sukses. Masih muda, tampan, sopan, dan penuh perhatian. Pendek kata, akhirnya aku takluk di hadapan kegigihannya dan kesabarannya. Aku berhasil dipersuntingnya. Tidak perlu aku ceritakan betapa meriah pesta perkawinan kami ketika itu. Pers memberitakannya setiap hari hampir dua minggu penuh. Tentu saja yang paling bahagia adalah kedua orang tuaku yang memang sejak lama menghendaki aku segera mengakhiri masa lajangku yang menurut mereka mengkhawatirkan.

Begitulah, di awal-awal perkawinan, semua berjalan baik-baik saja. Setelah berbulan madu yang singkat, aku kembali menekuni kegiatanku seperti biasa. Suamiku pun tidak keberatan. Sampai akhirnya terjadi sesuatu yang benar-benar mengubah jalan hidupku.

Beberapa bulan setelah Ragil, anak keduaku, lahir, perusahaan suamiku bangkrut gara-gara krisis moneter. Kami, terutama suamiku, tidak siap menghadapi situasi yang memang tidak terduga ini. Dia begitu terpukul dan seperti kehilangan keseimbangan. Perangainya berubah sama sekali. Dia jadi pendiam dan gampang tersinggung. Bicaranya juga tidak seperti dulu, kini terasa sangat sinis dan kasar. Dia yang dulu jarang keluar malam, hampir setiap malam keluar dan baru pulang setelah dini hari. Entah apa saja yang dikerjakannya di luar sana. Beberapa kali kutanya dia selalu marah-marah, aku pun tak pernah lagi bertanya.

Untung, meskipun agak surut, aku masih terus mendapatkan kontrak pekerjaan. Sehingga, dengan sedikit menghemat, kebutuhan hidup sehari-hari tidak terlalu terganggu. Yang terganggu justru keharmonisan hubungan keluarga akibat perubahan perilaku suami. Sepertinya apa saja bisa menjadi masalah. Sepertinya apa saja yang aku lakukan, salah di mata suamiku. Sebaliknya menurutku justru dialah yang tak pernah melakukan hal-hal yang benar. Pertengkaran hampir terjadi setiap hari.

Mula-mula, aku mengalah. Aku tidak ingin anak-anak menyaksikan orang tua mereka bertengkar. Tapi lama-kelamaan aku tidak tahan. Dan anak-anak pun akhirnya sering mendengar teriakan-teriakan kasar dari mulut-mulut kedua orang tua mereka; sesuatu yang selama ini kami anggap tabu di rumah. Masya Allah. Aku tak bisa menahan tangisku setiap terbayang tatapan tak mengerti dari kedua anakku ketika menonton pertengkaran kedua orang tua mereka.

Sebenarnya sudah sering beberapa kawan sesama artis mengajakku mengikuti kegiatan yang mereka sebut sebagai pengajian atau siraman rohani. Mereka melaksanakan kegiatan itu secara rutin dan bertempat di rumah mereka secara bergilir. Tapi aku baru mulai tertarik bergabung dalam kegiatan ini setelah kemelut melanda rumah tanggaku. Apakah ini sekadar pelarian ataukah --mudah-mudahan-- memang merupakan hidayah Allah. Yang jelas aku merasa mendapatkan semacam kedamaian saat berada di tengah-tengah majelis pengajian. Ada sesuatu yang menyentuh kalbuku yang terdalam, baik ketika sang ustadz berbicara tentang kefanaan hidup di dunia ini dan kehidupan yang kekal kelak di akhirat, tentang kematian dan amal sebagai bekal, maupun ketika mengajak jamaah berdzikir.

Setelah itu, aku jadi sering merenung. Memikirkan tentang diriku sendiri dan kehidupanku. Aku tidak lagi melayani ajakan bertengkar suami. Atau tepatnya aku tidak mempunyai waktu untuk itu. Aku menjadi semakin rajin mengikuti pengajian; bukan hanya yang diselenggarakan kawan-kawan artis, tapi juga pengajian-pengajian lain termasuk yang diadakan di RT-ku. Tidak itu saja, aku juga getol membaca buku-buku keagamaan.

Waktuku pun tersita oleh kegiatan-kegiatan di luar rumah. Selain pekerjaanku sebagai artis, aku menikmati kegiatan-kegiatan pengajian. Apalagi setelah salah seorang ustadz mempercayaiku untuk menjadi "asisten"-nya. Bila dia berhalangan, aku dimintanya untuk mengisi pengajian. Inilah yang memicu semangatku untuk lebih getol membaca buku-buku keagamaan. O ya, aku belum menceritakan bahwa aku yang selama ini selalu mengikuti mode dan umumnya yang mengarah kepada penonjolan daya tarik tubuhku, sudah aku hentikan sejak kepulanganku dari umrah bersama kawan-kawan. Sejak itu aku senantiasa memakai busana muslimah yang menutup aurat. Malah jilbabku kemudian menjadi tren yang diikuti oleh kalangan muslimat.

Ringkas cerita; dari sekadar sebagai artis, aku berkembang dan meningkat menjadi "tokoh masyarakat" yang diperhitungkan. Karena banyaknya ibu-ibu yang sering menanyakan kepadaku mengenai berbagai masalah keluarga, aku dan kawan-kawan pun mendirikan semacam biro konsultasi yang kami namakan "Biro Konsultasi Keluarga Sakinah Primadona". Aku pun harus memenuhi undangan-undangan --bukan sekadar menjadi "penarik minat" seperti dulu-- sebagai nara sumber dalam diskusi-diskusi tentang masalah-masalah keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan bahkan politik. Belum lagi banyaknya undangan dari panitia yang sengaja menyelenggarakan forum sekadar untuk memintaku berbicara tentang bagaimana perjalanan hidupku hingga dari artis bisa menjadi seperti sekarang ini.

Dengan statusku yang seperti itu dengan volume kegiatan kemasyarakatan yang sedemikian tinggi, kondisi kehidupan rumah tanggaku sendiri seperti yang sudah aku ceritakan, tentu semakin terabaikan. Aku sudah semakin jarang di rumah. Kalau pun di rumah, perhatianku semakin minim terhadap anak-anak; apalagi terhadap suami yang semakin menyebalkan saja kelakuannya. Dan terus terang, gara-gara suami, sebenarnyalah aku tidak kerasan lagi berada di rumahku sendiri.

Lalu terjadi sesuatu yang membuatku terpukul. Suatu hari, tanpa sengaja, aku menemukan sesuatu yang mencurigakan. Di kamar suamiku, aku menemukan lintingan rokok ganja. Semula aku diam saja, tapi hari-hari berikutnya kutemukan lagi dan lagi. Akhirnya aku pun menanyakan hal itu kepadanya. Mula-mula dia seperti kaget, tapi kemudian mengakuinya dan berjanji akan menghentikannya.

Namun beberapa lama kemudian aku terkejut setengah mati. Ketika aku baru naik mobil akan pergi untuk suatu urusan, sopirku memperlihatkan bungkusan dan berkata: "Ini milik siapa, Bu?"

"Apa itu?" tanyaku tak mengerti.
"Ini barang berbahaya, Bu," sahutnya khawatir, "Ini ganja. Bisa gawat bila ketahuan!"
"Masya Allah!" Aku mengelus dadaku. Sampai sopir kami tahu ada barang semacam ini. Ini sudah keterlaluan.

Setelah aku musnahkan barang itu, aku segera menemui suamiku dan berbicara sambil menangis. Lagi-lagi dia mengaku dan berjanji kapok, tak akan lagi menyentuh barang haram itu. Tapi seperti sudah aku duga, setelah itu aku masih selalu menemukan barang itu di kamarnya. Aku sempat berpikir, jangan-jangan kelakuannya yang kasar itu akibat kecanduannya mengonsumsi barang berbahaya itu. Lebih jauh aku mengkhawatirkan pengaruhnya terhadap anak-anak.

Terus terang aku sudah tidak tahan lagi. Memang terpikir keras olehku untuk meminta cerai saja, demi kemaslahatanku dan terutama kemaslahatan anak-anakku. Namun seiring maraknya tren kawin-cerai di kalangan artis, banyak pihak terutama fans-fansku yang menyatakan kagum dan memuji-muji keharmonisan kehidupan rumah tanggaku. Bagaimana mereka ini bila tiba-tiba mendengar --dan pasti akan mendengar-- idolanya yang konsultan keluarga sakinah ini bercerai? Yang lebih penting lagi adalah akibatnya pada masa depan anak-anakku. Aku sudah sering mendengar tentang nasib buruk yang menimpa anak-anak orang tua yang bercerai. Aku bingung.

Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mengorbankan rumah tanggaku demi kegiatan kemasyarakatanku, ataukah sebaiknya aku menghentikan kegiatan kemasyarakatan demi keutuhan rumah tanggaku? Atau bagaimana? Berilah aku saran! Aku benar-benar pusing!***

Yesterday

Yesterday, all my troubles seemed so far away.
Now it looks as though they’re here to stay.
Oh, I believe in yesterday.Suddenly, I’m not half the man i used to be,
There’s a shadow hanging over me,
Oh, yesterday came suddenly.
Why she had to go
I don’t know she wouldn’t say.
I said something wrong,
Now I long for yesterday.

Yesterday, love was such an easy game to play.
Now I need a place to hide away.
Oh, I believe in yesterday.

Why she had to go
I don’t know she wouldn’t say.
I said something wrong,
Now I long for yesterday.

Yesterday, love was such an easy game to play.
Now I need a place to hide away.
Oh, I believe in yesterday.

Serba-Serbi SEAFOOD


500 Bandeng, bersihkan, potong-potong
2 btg serai, memarkan
2cm lengkuas memarkan
3 cm jahe, iris serong tipis
4 cm kunyit iris serong tipis
7 bh bawang merah, iris tipis
2 bh tomat,belah
5 buah belimbing wuluh, belah dua
800 ml air
1 sdt gula pasir
1 sdt garam
Cara Membuat:
1. Lumuri potongan ikan dengan air jeruk nipis dan garam, biarkan beberapa saat agar bumbu meresap.
2. Didihkan air, Masukkan semua bahan kecuali ikan. Rebus hingga mendidih.
3. Masukkan Ikan, masak dengan api kecil hingga ikan matang. Angkat dan sajikan
Untuk 4 Porsi